ads

KETEPATAN BEROBAT

ads



Sudah berobat dengan pengobatan yang diresepkan nabi tetapi Tidak Sembuh?

Mengapa bisa tidak sembuh? Padahal jelas bahwa pengobatan nabi adalah obat bagi segala macam penyakit, penyembuh bagi manusia.

Beberapa penyebab tidak sembuh dalam melakukan pengobatan adalah kurang tepat dalam:

-mendiagnosa penyakit

-memilih obat

-menggunakan dosis obat

-menghindari berbagai pantangan yang dapat menghambat kerja atau berkebalikan kerjanya dengan obat

Sehingga walaupun sudah pasti habbatus sauda adalah obat bagi segala macam penyakit dan madu adalah penyembuh bagi manusia [syifaa’un linnaas], akan tetapi ini masih bahannya saja, perlu kemampuan lagi untuk tepat dalam mendignosis penyakit, memilih obat, menggunakan dosis obat, meraciknya dan mengkombinasi dengan obat yang lainnya. Sehingga untuk lebih efektif pengobatannya lebih baik berkonsultasi kepada ahlinya atau tabib.

sebagai contoh hanya mengkonsumsi habbatus sauda dan madu secara biasa  [asal-asalan] dan dilakukan secara mandiri tanpa tahu apa penyakitnya, bagaimana dosisnya dan bagaimana racikannya. Ini juga yang dilakukan sebagian kecil saudara kita.

Ibnu hajar Al-Asqalani rahimahullahu berkata,

فقد اتفق الأطباء على أن المرض الواحد يختلف علاجه باختلاف السن والعادة والزمان والغذاء المألوف والتدبير وقوة الطبيعة…لأن الدواء يجب أن يكون له مقدار وكمية بحسب الداء إن قصر عنه لم يدفعه بالكلية وإن جاوزه أو هي القوة وأحدث ضررا آخر

“Seluruh tabib telah sepakat bahwa pengobatan suatu penyakit berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan umur, kebiasaan, waktu, jenis makanan yang biasa dikonsumsi, kedisiplinan dan daya tahan fisik karena obat harus sesuai kadar dan jumlahnya dengan penyakit, jika dosisnya berkurang maka tidak bisa menyembuhkan dengan total dan jika dosisnya berlebih dapat menimbulkan bahaya yang lain.” [Fathul Baari  10/169-170, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, Asy-Syamilah]

Begitu juga dengan Al-Quran yang diturunkan sebagai penyembuh baik penyakit hati dan badan, kita bisa contoh dalam hadits sahabat Abu Said Al-Khudri radhiallahu ‘anhu membacakan ruqyah Al-Fatihah kepada kepala suku yang tersengat kalajengking dan atas izin Allah Ta’ala sembuh. Lalu ada yang pernah mencoba dengan pasien yang sakit demam ringan tetapi qaddarullah tidak sembuh. Maka bukan Al-Qurannya yang salah tetapi manusianya yang kurang Iman dan tawakkalnya. Ibaratnya thibbun nabawi adalah sebuah pedang yang pasti tajam, akan tetapi pedang tajam tersebut berguna dengan tepat jika dipegang oleh ahlinya.

Apakah Syarat agar Suatu Obat Menjadi Manjur?

Ketika menjelaskan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاء ، فَإِذَا أُصِيب دَوَاء الدَّاء بَرِئَ بِإِذْنِ اللَّه

”Untuk setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat tersebut sesuai dengan penyakitnya, penyakit tersebut akan sembuh dengan izin Allah Ta’ala.”

dan juga hadits-hadits yang semisal dengan hadits tersebut, Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,

“Di dalam hadits-hadits tersebut terkandung penetapan adanya hukum sebab-akibat dan tidak benarnya pendapat orang-orang yang mengingkarinya. Perkataan beliau shallallahu alaihi wa sallam, “Untuk setiap penyakit ada obatnya” bisa kita maknai sesuai dengan keumumannya, meskipun penyakit tersebut bisa menyebabkan kematian atau belum mampu disembuhkan oleh pengobat. Allah Ta’ala telah menjadikan obat untuk menyembuhkan penyakit tersebut, akan tetapi belum diketahui oleh manusia dan tidak ada jalan bagi manusia untuk mengetahuinya. Karena tidak ada ilmu bagi makhluk kecuali apa yang Allah Ta’ala ajarkan kepada mereka.

Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengaitkan kesembuhan dengan kesesuaian (kecocokan) antara obat dan suatu penyakit. Karena tidak ada satu makhluk pun kecuali memiliki lawannya. Setiap penyakit memiliki lawan, yaitu obat yang dapat menyembuhkannya.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengaitkan kesembuhan dengan kesesuaian (kecocokan) antara obat dan suatu penyakit. Ini adalah nilai (syarat) tambahan, tidak hanya sekedar tersedia atau tidaknya suatu obat. Jika suatu obat melebihi derajat penyakit, baik dalam hal tata cara penggunaan, atau dalam hal jumlah (dosis) yang melebihi (dosis) seharusnya, maka obat tersebut akan menjadi penyakit baru. Jika suatu obat lebih sedikit dari yang dibutuhkan, maka tidak akan cukup untuk melawan penyakit, sehingga tidak sembuh sempurna. Jika seorang pengobat tidak tepat dalam memilih obat, atau obat yang digunakan tidak tepat sasaran, maka tidak akan sembuh. Jika waktu pengobatan tidak tepat, obat tersebut tidak akan bermanfaat. Jika badan pasien tidak bisa menerima obat tersebut, atau kondisi fisiknya lemah, atau terdapat penghalang yang mencegah obat tersebut bekerja, maka tidak akan sembuh karena tidak adanya kesesuaian. Jika terdapat kesesuaian dalam seluruh aspek-aspek tersebut, maka pasti terwujudlah kesembuhan dengan izin Allah Ta’ala. Inilah penjelasan terbaik untuk hadits di atas.”

Berdasarkan penjelasan Ibnu Qoyyim di atas, kita dapati adanya kesesuaian perkataan beliau dengan apa yang kita pelajari dalam ilmu kedokteran medis. Suatu obat baru akan manjur jika terpenuhi beberapa syarat berikut ini:

Adanya ketepatan dalam memilih obat sesuai dengan jenis penyakitnya. Oleh karena itu, sebelum memilih obat secara tepat, seorang pengobat harus mampu mendiagnosis penyakit dengan tepat.

Adanya ketepatan dalam menentukan dosis obat yang dibutuhkan, tidak boleh lebih banyak atau lebih sedikit dari dosis yang dibutuhkan.

Adanya ketepatan dalam tata cara penggunaan obat. Misalnya, apakah suatu obat diberikan melalui oral (ditelan), injeksi (disuntik), atau tata cara pemberian obat lainnya.

Adanya ketepatan dalam waktu pengobatan. Misalnya, apakah suatu obat harus diberikan sebelum atau sesudah makan.
Tidak terdapat kontra-indikasi penggunaan obat tersebut bagi pasien tertentu. Adanya kondisi medis tertentu, mungkin menyebabkan suatu obat tidak boleh diberikan untuk pasien tersebut.

Tidak terdapat penghalang lain yang dapat menghambat kerja obat. Misalnya, dalam waktu bersamaan pasien juga meminum obat lain yang ternyata dapat menghambat kerja obat tersebut.

Semoga tulisan ini dapat memotivasi kita untuk bersemangat mencari kesembuhan dari setiap penyakit yang kita alami. Dan juga semoga dapat memotivasi para pengobat dan tenaga kesehatan lainnya, untuk tetap termotivasi mempelajari ilmu pengobatan dan meneliti herbal untuk setiap penyakit.
KETEPATAN BEROBAT KETEPATAN BEROBAT Reviewed by AA FAJAR on 5:49 PM Rating: 5

No comments: