ads
ads

MEMBACA MENULIS SEJAK USIA DINI



Pengenalan membaca pada anak usia dini atau usia taman kanak – kanak masih menjadi polemik. Antara teori perkembangan anak dan realita di lapangan pun tidak sejalan. Berbagai teori mengemukakan pendapat tentang bahaya mengajarkan membaca pada anak usia dini. Salah satunya sebagaimana yang di sampaikan oleh Jean Piaget (1896 – 1980 ) seorang filsuf, ilmuan dan psikolog perkembangan asal swiss yang terkenal karena hasil penelitian tentang anak – anak dan teori perkembangan kognitifnya.

Beliau  secara tidak langsung menegaskan bahwa pelajaran membaca dilarang untuk diperkenalkan pada anak – anak dibawah usia 7 tahun. Alasannya, usia anak dibawah 7 tahun belum mencapai fase operasional konkret. Yaitu fase dimana anak – anak dianggap sudah mampu berpikir secara terstruktur dan nyata. Sedangkan kegiatan membaca dikatakan sebagai kegiatan yang memerlukan berpikir secara terstruktur, sehingga tidak cocok dikenalkan pada anak usia dini. Beliau mengkhawatirkan perkembangan mental anak akan menjadi terbebani dan anak  menjadi memiliki pengalaman buruk tentang belajar. Ketika mereka beranjak besar menjadi kehilangan gairah terhadap kegiatan belajar.

Teori tersebut sangat terkenal di dunia pendidikan, terutama pada dunia pendidikan anak usia dini. Namun realita di lapangan menunjukkan hal yang sebaliknya. Tidak sedikit penyelenggara pendidikan anak usia dini (TK, RA, SPS, KB dan yang sejenis) yang mengajarkan membaca kepada peserta didik nya. Bukan mereka tidak tahu tentang teori tidak bolahnya mengajarkan membaca pada anak usia dini, namun karena tuntutan lapangan yang ada membuat mereka mau tidak mau harus mengenalkan membaca kepada peserta didik mereka.

Salah satu realita yang ada adalah Sekolah Dasar (SD) tempat anak – anak didik mereka melanjutkan pendidikan secara tidak langsung menuntut para peserta didik untuk bisa membaca dan menulis. Keadaan ini lah yang membuat para pendidik anak usia dini dan para orang tua mengajarkan membaca kepada anak sejak dini. Realita ini pun tidak tumbuh dengan sendirinya, ada teori dari ilmuan yang juga mendukungnya seperti Glenn Doman, seorang terapis asal Amerika  yang memperkenalkan metode untuk mengajarkan membaca sejak dini pada anak melalui flash card.

Durkin (dalam Nurbiana Dhieni,2005) telah mengadakan penelitian tentang pengaruh membaca dini pada anak – anak. Dia menyimpulkan bahwa tidak ada efek negatif pada anak – anak yang di ajar membaca sejak dini.  Dan beberapa teori lainnya yang mendukung boleh nya memperkenalkan membaca pada anak usia dini.

Melihat realita di lapangan yang secara tidak langsung menuntut anak harus bisa membaca dan catatan sejarah islam (penulis muslim, maka menggunakan rujukan sejarah islam) banyaknya ilmuan – ilmuan dan tokoh muslim yang sudah menghafal Al – qur’an pada usia dini. Serta berdasarkan teori perkembangan anak pada masa kini. Penulis menyimpulkan bahwa mengajarkan membaca pada usia dini dapat dilaksanakan selama dalam batasan – batasan, aturan pengembangan pra akademik serta berdasarkan pada prinsip dasar dari pendidikan anak usia dini bahwa tempat mereka adalah sebuah tempat bermain, bersosialisasi dan pengembangan pra akademik yang subtansial seperti kecerdasan emosional, spiritual dan motorik.

Maka dalam melaksanakan pengenalan membaca pada anak usia dini ada 5 tahapan perkembangan membaca (Depdiknas 2000 : 6-8) yang harus diperhatikan oleh para pendidik  Yaitu :

Pertama, Tahap fantasi (magical stage)

       Pada tahap ini anak belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak balikan buku dan kadang-kadang membawa buku kesukannya. Pada tahap ini orang tua atau guru dapat memberikan atau menunjukan model/contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.

       KeduaTahap pembentukkan konsep diri (self concept stage)

       Pada tahap ini anak berpandangan bahwa dirinya sebagai pembaca, mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, berpura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku,  dan dapat menggunakan bahasa buku  meskipun tidak cocok dengan tulisannya. Hendaknya orang tua dan guru memberikan stimulus atau rangsangan  dengan jalan membacakan apa saja kepada anak, seperti buku cerita, tulisan pada kotak susu, bungkus makana, pasta gigi, dan lain-lain serta melibatkan anak  ketika membacanya.  Selain itu berikan akses kepada anak mengenai buku-buku yang mereka ketahui.

       KetigaTahap membaca gambar (bridging reading stage)

Anak sudah dapat  mengenali dan menemukan kata pada tulisan/cetakan yang tampak, menggungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, mengulang kembali cerita yang tertulis dan dapat mengenal tulisan kata dari puisi atau lagu serta sudah mengenal abjad.

Pada tahap ini orang tua atau guru membacakan sesuatu pada anak, mengenalkan kosa kata baik dari lagu maupun puisi,

Ke empat, Tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage)

Pada tahap keempat anak sudah mulai menggunakan tiga sistim isyarat secara bersamaan yaitu graphonik, sematik dan syntaksis, pada tahap ini anak mulai tertarik pada bacaan, mulai mengngingat cetakan tulisan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti pada kotak susu, botol minuman ringan, bungkus makanan dan lain-lain. 

Pada tahap ini orang tua dan guru masih tetap memberi stimulasi/membacakan sesuatu pada anak sehingga dapat menjadi motivasi anak untuk selalu membaca diberbagai situasi. Tetapi yang harus diperhatikan, hendaknya orang tua atau guru tidak memaksa anak untuk membaca huruf dengan sempurna.

Ke lima, Tahap membaca lancar  (independent reader stage)

Pada tahap ke lima anak sudah dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas, Menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan, bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman akan mudah dibaca oleh anak.

Pada tahap ini orang tua dan guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku pada anak. hal ini dapat mendorong anak agar dapat memperbaiki bacaannya. Selain itu orang tua atau guru membantu menyeleksi bacaan yang sesuai dan mengajarkan cerita yang berstruktur.


TAHAPAN MENULIS

Begitu juga dengan menulis, ada 8 tahapan yang harus di ketahui oleh para pendidik pada anak usia dini dan orang tua, yaitu :

Pertama. Tahap Mencoret atau Membuat Goresan (Scrible stage)


Pada tahap ini, anak mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulisnya. Mereka mulai belajar tentang bahasa tertulis dan bagaimana mengerjakan tulisan tersebut. Anak membuat coretan-coretan acak (tidak teratur), coretan- coretan seringkali digabungkan seolah-olah coretan itu tidak pernah lepas dari kertas. Orang tua dan guru pada tahap mencoret seharusnya menyediakan. jenis-jenis bahan untuk menulis seperti pensil, spidol, buku, kertas, dan krayon. Anak-anak menganggap goresan tersebut  sebagai tulisan.

KeduaTahap Coretan Terarah atau Pengulangan Linier (Linear repetitive stage)


Tahap selanjutnya dalam perkembangan menulis adalah tahap coretan terarah atau pengulangan secara linear. Pada tahap ini, anak menelusuri bentuk tulisan yang mendatar (horizontal) ataupun garis tegak lurus. Dalam tahap ini, anak berpikir bahwa suatu kata merujuk pada sesuatu yang besar mempunyai tali yang panjang dari pada kata yang merujuk pada sesuatu hal yang kecil.


Ketiga, Tahap Menulis secara Random/acak (Random letter stage)


Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk yang dapat diterima sebagai suatu tulisan dan menggunakan itu semua agar dapat mengulang berbagai kata dan kalimat. Anak-anak menghasilkan garis yang berisi pesan yang tidak mempunyai keterkaitan pada suatu bunyi dari berbagai kata.


Ke empat, Tahap Berlatih huruf (menyebutkan huruf - huruf)


Kebanyakan anak-anak, biasanya sangat tertarik huruf-huruf yang membentuk nama mereka sendiri.

Ke lima, Tahap Menulis Tulisan Nama (Letter-name writting or phonetic writting)


Pada tahap ini, anak mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi. Permulaan tahap ini sering digambarkan sebagai menulis tulisan nama karena anak-anak menulis tulisan nama dan bunyi secara bersamaan. Misalnya mereka menulis ”kamu” dengan tulisan ”u”. Anak senang menuliskan nama pendek panggilan mereka sendiri melalui contoh yang mereka lihat dengan huruf-huruf besar atau kecil.

Semakin berkembangnya penguasaan kosa kata anak serta kemampuannya dalam berkomunikasi dengan orang lain, akan memiliki dampak terhadap perkembangan fungsi kognitifnya. Kemampuan mengkomunikasikan sesuatu seperti nama benda, orang atau binatang dengan menggunakan kosa kata yang banyak dan teratur akan mencerminkan kemampuan berpikir anak tentang hal tersebut.


Ke enamTahap Menyalin Kata-kata yang Ada di Lingkungan



Anak-anak menyukai menyalin kata-kata yang terdapat pada poster di dinding atau dari kantong kata sendiri. 


Ke tujuhTahap Menemukan Ejaan


Anak usia 5-6 tahun ini telah menggunakan konsonan awal (L untuk Love). Konsonan awal, tengah dan akhir untuk mewakili huruf (DNS) pada kata dinosaurus.


Ke delapanTahap Ejaan sesuai ucapan
Anak mulai dapat mengeja suatu tulisan berupa kata- kata yang dikenalnya sesuai dengan ucapan yang didengarnya.


Demikian tulisan sangat singkat dan sangat perlu masukan tentang membaca dan menulis pada anak usia dini. Kesimpulan menurut penulis, mengenalkan membaca dan menulis sejak usia dini atau di pendidikan anak usia dini dapat atau boleh dilakukan dengan memperhatikan tumbuh kembang anak dan tidak menjadikan pembelajaran yang utama,karena pembelajaran yang utama pada anak usia dini adalah pembentukan sifat – sifat atau ahlak atau karakter yang positif agar kelak mereka menjadi manusia dewasa yang berahlak baik. Sebagaimana yang di sampaikan Ibnu Qayyim Al Jauziah dalam kitabnya Tuhfat al-Maudûd bi Ahkâm al-Maulûd :

"Anak kecil di masa kanak-kanaknya sangat membutuhkan seseorang yang membina dan membentuk akhlaknya, karena ia akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang menjadi kebiasaan (yang ditanamkan oleh para pendidik). Jika seorang anak selalu dibiasakan dengan sifat pemarah dan keras kepala, tidak sabar dan selalu tergesa-gesa, menurut hawa nafsu, gegabah dan rakus, maka semua sifat itu akan sulit diubah di masa dewasanya. Maka jika seorang anak dibentengi, dijaga dan dilarang melakukan semua bentuk keburukan tersebut, niscaya ia akan benar-benar terhindar dari sifat-sifat buruk itu. Oleh karena itu, jika ditemukan seorang dewasa yang berakhlak buruk dan melakukan penyimpangan, maka dipastikan akibat kesalahan pendidikan di masa kecilnya dahulu."

Hindari mengajarkan membaca dan menulis dengan cara drilling/paksa/ terlalu di prioritaskan seperti anak usia di atas 7 tahun / usia Sekolah Dasar.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk yang ingin mengambil manfaat nya. Wallahu 'Alam


Referensi : Sumber Utamanya Allah SWT dan Dari Berbagai Sumber Dunia :

http://pkgpaudjatinangor.blogspot.co.id/2013/02/tahapan-membaca-untuk-anak-usia-dini.html

http://membumikan-pendidikan.blogspot.com/2015/02/tahapan-perkembangan-kemampuan-menulis.html






MEMBACA MENULIS SEJAK USIA DINI MEMBACA MENULIS SEJAK USIA DINI Reviewed by Unknown on 6:10 PM Rating: 5

No comments:

ads