Setiap menginjakkan kaki di terminal, saya selalu bertemu dengan beberapa orang yang menanyakan tujuan.
"Mau kemana kang ?, garut ?, bandung ? Tasik ?, Solo ?. Begitu pertanyaan yang sering mereka lontarkan kepada saya dan ke setiap orang yang baru menginjakkan kaki nya di terminal.
Orang - orang biasa menyebut mereka " calo" angkutan umum. Tugas mereka mencari penumpang agar mendapatkan uang dari armada bis berdasarkan jumlah penumpang yang di bawa nya.
Mereka mencari penumpang, mengajak orang untuk menumpangi angkutan yang mereka caloin. Setelah penumpang naik, ia tidak ikut naik, ia pergi setelah mendapatkan uang dari sopir angkutan umum yang di caloin oleh nya.
Calo seperti itu lumrah dan kehadiran nya terkadang cukup membantu bagi penumpang yang tidak tahu angkutan umum yang harus di naiki sesuai tujuan nya.
Tetapi ada calo yang harus kita waspadai dan sebisa mungkin kita hindari, yaitu Calo Agama.
Kalau calo angkutan umum banyak kita temui di terminal, sedang kan calo Agama ada di dalam masjid atau majlis taklim sekitar kita.
Kenapa disebut Calo Agama. Iya, karena mereka hanya berceramah, pintar berbicara tentang akhirat, mengajak jama'ah mengamalkan ajaran agama, tetapi diri nya tidak mengamalkan ajaran agama yang di serukan nya kepada orang - orang.
Menyeru tentang perlu nya beramal sholeh sebagai bekal di akhirat, sementara diri nya tidak pernah sholat di awal waktu. Ia jarang menghadiri majlis ilmu, bahkan tidak pernah.
Bahkan ada seorang calo agama yang perilakunya tidak sesuai dengan norma - norma agama.
Bahaya, jika calo agama di biarkan bebas beraktifitas tanpa ada yang menegur nya, minimal, di hapus namanya dari daftar penceramah di masjid atau majlis ta'lim. Karena perbuatan nya akan di ikuti oleh orang yang awam tentang agama.
Karena nya Alloh swt menegur keras dan akan menghukum para calo agama di akhirat kelak.
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Alloh bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab ? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)
Demikian pula terdapat dalam hadits. Dari Usamah, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Akan didatangkan seorang pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka orang tersebut berputar-putar sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk gandum. Banyak penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai Fulan, bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’ Orang tersebut menjawab, ‘Sungguh dulu aku sering memerintahkan kebaikan namun aku tidak melaksanakannya. Sebaliknya aku juga melarang kemungkaran tapi aku menerjangnya.'” (HR Bukhari dan Muslim)
Berkaitan dengan para penceramah, dai dan mubaligh bahkan terdapat hadits khusus. Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Saat malam Isra’ Mi’raj aku melintasi sekelompok orang yang bibirnya digunting dengan gunting dari api neraka.” “siapakah mereka”, tanyaku kepada Jibril. Jibril mengatakan, “mereka adalah orang-orang yang dulunya menjadi penceramah ketika di dunia. Mereka sering memerintahkan orang lain melakukan kebaikan tapi mereka lupakan diri mereka sendiri padahal mereka membaca firman-firman Alloh, tidakkah mereka berpikir?” (HR. Ahmad, Abu Nu’aim dan Abu Ya’la. Menurut al-Haitsami salah satu sanad dalam riwayat Abu Ya’la para perawinya adalah para perawi yang digunakan dalam kitab shahih)
Dalil-dalil di atas menunjukkan pengingkaran keras terhadap orang yang punya ilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya. Inilah salah satu sifat orang-orang Yahudi yang dicap sebagai orang-orang yang mendapatkan murka Allah disebabkan mereka berilmu namun tidak beramal.
Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Duhai orang-orang yang memiliki ilmu, amalkan lah ilmu kalian. Orang yang berilmu secara hakiki hanyalah orang yang mengamalkan ilmu yang dia miliki sehingga amalnya selaras dengan ilmunya. Suatu saat nanti akan muncul banyak orang yang memiliki ilmu namun ilmu tersebut tidaklah melebihi kerongkongannya sampai-sampai ada seorang yang marah terhadap muridnya karena ngaji kepada guru yang lain.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah, 2/53)
Naudzu billahi min dzalik.
Agama adalah kebaikan. Setiap kita adalah guru, penyeru, minimal kepada keluarga atau orang yang di bawah kepemimpinan kita.
Semoga Alloh jauhkan kita dari sifat "Calo" dan menghindarkan majlis kita dari nya.
Wallohu'alam
Aa Fajar
(Guru TK Islam PB Soedirman Cijantung Jakarta Timur)
Renungan Jum'at : CALO AGAMA
Reviewed by AA FAJAR
on
5:31 PM
Rating:
No comments: